Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan budidaya perikanan berkelanjutan yang ramah lingkungan untuk melestarikan ekosistem perairan dan meningkatkan produksi perikanan negara.
Langkah ini mendapat dukungan dari Badan Pangan Dunia (Organisasi Pangan dan Pertanian/FAO) karena akan memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan global yang diprediksi akan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
“Salah satu strategi Ekonomi Biru KKP adalah pengembangan budidaya perikanan yang ramah lingkungan khususnya untuk udang, lobster, kepiting, rumput laut dan ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kerapu dan kakap,” kata Menteri Trenggono dalam pertemuan bilateral dengan Dirjen . FAO Qu Dongyu di Roma, Italia, kemarin
Kebijakan budidaya berkelanjutan ini, lanjutnya, juga bertujuan untuk mengurangi aktivitas penangkapan ikan di laut, khususnya untuk jenis ikan tertentu. Dengan demikian, nelayan tidak lagi bergantung pada hasil tangkapan sebagai satu-satunya sumber pendapatan, dan populasi ikan di laut tetap terjaga.
Dalam rangka memperkuat kebijakan budidaya berkelanjutan, Indonesia juga mendorong penggunaan pakan ternak yang tidak merusak lingkungan dan menggantikannya dengan bahan baku nabati.
Contoh yang telah dilakukan adalah pemanfaatan magot sebagai bahan baku makanan. “Kami terus berinovasi menyediakan pangan yang ramah lingkungan. Hal ini sangat penting karena saat ini sebagian besar bahan baku pangan masih bergantung pada hasil laut, sedangkan tujuan pengembangan budidaya perikanan adalah untuk mengurangi hasil tangkapan di laut,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu menambahkan, dari pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan, Pemerintah Indonesia merupakan salah satu target produksi udang nasional sebesar 2 juta ton pada tahun 2024. Hasil produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. udang serta pasar global.