Jelang Pilpres 2024, kedua sosok ini selalu digambarkan berseberangan yakni Hadiah Pranowo dan Anies Baswedan.
Meski belum diketahui secara pasti siapa yang akan bertarung di Pilpres 2024 mendatang, kemungkinan polarisasi seperti di Pilpres 2019 akan terulang jika kedua tokoh tersebut akhirnya bersaing.
Analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto menjelaskan, Ganjar Pranowo mengikuti pola kepemimpinan Jokowi dinilai sudah diatur sedemikian rupa. Tujuannya memang untuk mengasosiasikan sosok Ganjar dengan Jokowi.
“Nanti akan muncul pandangan Jokowi terhadap Ganjar. Jadi kalau melihat Ganjar mengikuti gaya Jokowi, itu memang sengaja ingin dilakukannya,” kata Andi seperti dilansir NewsWorthy dari WE Online, Sabtu (12/3/2019). 2022).
Artinya sosok Jokowi ingin disandingkan dengan Ganjar sebagai penggantinya. “Sehingga dalam proses transisi ini, meski berganti nama, gaya kepemimpinan dan figurnya kurang lebih sama,” lanjutnya.
Hingga saat ini, dukungan Jokowi terhadap Ganjar semakin kuat. Siapapun yang mewarisi jaringan politik dan karisma politiknya, juga akan menjadi sangat berkuasa. “Jadi ini menjadikan Ganjar sebagai wakil Jokowi,” tambah Ali.
Kemudian terkait Anies Baswedan dengan tudingan mempolitisasi agama, selama Habib Rizieq dan kawan-kawan masih menggunakan cara tersebut dan masih bergabung dengan kelompok Anies, tentu isu fundamentalisme ini tidak bisa dihindari.
Bahkan, memang benar sebagian besar pemilih menghindar karena gaya politik kekerasan yang ditunjukkan Habib Rizieq dan kawan kawan.
“Meski menurut saya berlandaskan syariah, masyarakat kita tetap mengedepankan kesopanan dan tindakan yang menghargai keberagaman. Jika demikian, besar kemungkinan Anies akan ditinggalkan oleh kelompok Islam moderat,” ujar Ali.