Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia terbuka untuk berbicara dengan Rusia. Namun, dia menekankan, proses seperti itu harus mengarah pada pemulihan integritas teritorial negara, termasuk hukuman bagi mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Hal ini disampaikan Zelenskyy sebelum memberikan pidato pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP27) yang diadakan di Sharm el-Sheikh, Mesir.
Baca Juga: Cara Saku Amerika Kurangi Risiko Perang di Ukraina, Dengar!
“Siapa pun yang serius dengan agenda iklim juga harus serius tentang perlunya segera menghentikan agresi Rusia, memulihkan integritas teritorial kami, dan memaksa Rusia ke dalam pembicaraan damai yang sejati,” kata Zelenskyy, Selasa.
Dia mengklaim bahwa Ukraina telah berulang kali mengusulkan negosiasi atau negosiasi semacam itu dengan Rusia.
“Tapi kami selalu menerima tanggapan gila Rusia dengan serangan teroris baru, penembakan atau pemerasan,” katanya.
“Sekali lagi, pemulihan integritas teritorial, penghormatan terhadap Piagam PBB, kompensasi untuk semua kerusakan yang disebabkan oleh perang, hukuman untuk setiap penjahat perang dan jaminan bahwa ini tidak akan terjadi lagi. Semua hal ini adalah istilah yang sepenuhnya dapat dimengerti,” tambah Zelenskyy.
Zelenskyy sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahnya tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia, terutama selama Moskow dipimpin oleh Vladimir Putin. Pejabat Ukraina telah mengulangi posisi ini beberapa kali.
Penasihat Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, bahkan mengkonfirmasi posisi tersebut dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia La Repubblica yang diterbitkan pada hari Selasa.
“Negosiasi dengan Putin berarti menyerah, dan kami tidak akan memberinya hadiah ini,” kata Podolyak dalam wawancara tersebut.
Menurutnya, Rusia menuntut agar Ukraina menyerahkan wilayahnya sebagai prasyarat negosiasi. Podolyak bersikeras bahwa negaranya tidak akan bisa menerima ini.
“Orang-orang tidak akan menerima ini. Pasukan Rusia akan meninggalkan wilayah Ukraina, dan kemudian dialog akan datang,” katanya.
Pada Senin (7/11/2022), juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kembali menegaskan posisi Rusia bahwa negaranya terbuka untuk negosiasi dengan Ukraina. Namun Peskov menuduh Kiev menolak proposal atau inisiatif tersebut.
Moskow telah berulang kali mengatakan tidak akan merundingkan kembali status wilayah yang telah dicaploknya dari Ukraina.
Pada 30 September, Vladimir Putin mengizinkan pencaplokan empat wilayah Ukraina, yaitu Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, ke Rusia.
Keempat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia. Dari 23-27 September, empat wilayah mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk berpartisipasi.
Ukraina dan sekutu Baratnya menolak hasil referendum. Mereka mengira referendum diatur sedemikian rupa oleh Moskow.
Meski ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah tersebut. Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen wilayah Ukraina. Jika digabungkan, luasnya setara dengan luas Portugal.
Baca Juga: Korban Banjir Aceh Tamiang Terima Bantuan Sembako dari BSI
Penafian: Artikel ini merupakan kerjasama antara Warta Ekonomi dan Republika. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tulisan, foto, grafik, video, dan seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab Republika.
Editor: Muhammad Syahrianto