Koneksi PDIP oleh Partai Gerindra pasang surut menimbulkan teka-teki politik di depan Pemilu 2024.
Pasalnya, dilihat dari situasi politik saat ini, PDIP-Gerindra tampaknya sulit untuk bersatu.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Ilmu Politik (IPR) Indonesia Ujang Komarudin di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).
“Kalau kita lihat, Prabowo juga tidak mau dekat dengan salah satu partai, dalam hal ini PDIP. Tepuk tangan kemudian. Tentu Prabowo harus melebarkan sayap dan dekat dengan partai lain, termasuk PKB, bertemu dengan Nasdem, Demokrat, UKM, ya,” kata Ujang Komarudin.
Selain itu, Prabowo juga tampaknya masih belum jelas apakah harus bergandengan tangan dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Pilpres 2024.
Itu karena selektivitas Puan belum mencapai tingkat yang aman seperti tokoh-tokoh lain yang memasuki bursa presiden dan wakil presiden.
“Akan bersaing satu sama lain atau bersekutu dengan PDIP-Gerindra? Saya melihat sekarang mereka akan mencalonkan diri,” kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar di Indonesia.
Namun, menurut Ujang, ke depan apa pun masih bisa terjadi karena masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden ke KPU masih cukup panjang, yakni Oktober 2023.
“Ya itu namanya politik, bisa aliansi atau lawan. Kita lihat perkembangannya ke depan. Sepertinya Prabowo cukup sulit jika berpasangan dengan Mbak Puan,” kata Ujang Komarudin.
Penafian: Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara Warta Ekonomi dan Fajar.co.id. Hal-hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafik, video, dan seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab Fajar.co.id.